Cerita Pemilik Pabrik Furnitur Yang Kena Penertiban Di Kalijodo
Foto: Edward Febriyatri Kusuma
Jakarta -Julius Gunawan (60) pemilik pabrik aksesoris furnitur rugi miliaran Rupiah alasannya yaitu terkena penertiban di tempat Kalijodo, Jakarta Utara. Pabrik aksesoris furniturnya yang sudah berusia 23 tahun turut dirobohkan oleh petugas pada Senin 29 Februari kemarin.Pria yang menggunakan baju warna oranye dengan bawahan celana jins berwarna biru hanya sanggup duduk termangu di depan puing-puing bangunan pabrik miliknya. Sesekali ia perintahkan karyawannya untuk menyelamatkan sisa barang.
Usaha yang dirintis selama bertahun-tahun telah luluh lantak rata menjadi tanah. Awal tahun 1993, pabrik itu dibangun dengan membeli tanah seluas 880 meter persegi Kala itu tempat Kalijodo masih pemukiman padat penduduk.
"Ini kan bukan tempat maksiat, tempat cari nafkah halal. Memang saya tahu ada cafe-cafe tempat maksiat tapi itu di sebelah sana. Kalau kita bicara hukum, dalam SP kan sanggup dilihat yang ditulis hanya jalan Kepanduan II, sedangkan gedung saya di jalan Bidara. Cuma mungkin kita kena RT/RW yang sama," sambungnya.
Pabrik milik Julius sendiri memproduksi engsel dan aksesoris furniture. Bahkan dirinya sudah menjadi supplier furniture ternama di Indonesia. Mengenai surat-surat, Julius mengaku sudah mengantongi izin IMB-nya.
"Kita pernah tiba ke Balai Kota ketemu Gubernur tapi dia ga ada waktu. Kedatangan saya bersama 6 KK lain hanya minta keringanan waktu buat beresin barang," bebernya.
Julius mengaku sehari sehabis tiba ke Balai Kota DKI Jakarta. Pihak kelurahan tiba ke pabriknya menanyakan alasan barang-barang produksinya belum dipindah.
"Waktu itu saya belum sanggup SP 1. Sekiranya beberapa hari sebelum sanksi saya gres mendapat SP 2. Dua hari mau dihukum saya mulai penyelamatan barang-barang semua sampai-sampai dua hari dua malam saya tidak mandi, alasannya yaitu barang yang dipindahkan banyak," tuturnya.
Tepat pada tanggal 29 Febuari kemarin, pasukan adonan mulai masuk ke tempat Kalijodo merobohkan bangunan. Kala itu, ia dan puluhan karyawan sudah tidak mempunyai tenaga lagi untuk pindahan.
"Saya lihat anak buah saya sudah pada kecapean, kira-kira pukul 03.00 dini hari, saya putusin buat pulang. Selang beberapa usang pasukan adonan tiba dengan bawa alat berat. Mesin sama barang-barang enggak keburu dipindahkan" tuturnya.
Bangunan pabrik yang berdiri kokoh itu telah rata dengan tanah. Julius hanya sanggup pasrah melihat rangka bangunan pabrik yang telah hancur berantakan. Tapi, Julius mengaku tetap mendukung kebijakan Gubernur Ahok yang menertibkan Kalijodo.
"Melihat dirobohkan, niscaya nggak ada yang kuat. Saya nggak di sini waktu dirobohkan. Meski begitu saya tetap mendukung kebijakan gubernur dan saya tidak dendam. Meski harus rugi miliaran rupiah, saya hanya sanggup serahkan yang maha kuasa," tuturnya.
Julius pun telah memikirkan untuk pindah ke tempat Tangerang. Di sana ia telah mempunyai gudang penyimpanan hasil produksi. Julius juga menjamin tidak akan memecat pegawainya meski pabriknya sudah digusur.
"Sekarang saya hanya berpikir menyelamatkan barang yang tersisa dan puluhan mesin produksi untuk buat aksesoris untuk menyambung hidup ke depan. Sejauh ini saya belum berpikir untuk PHK karyawan saya," pungkasnya.
Sumber detik.com