Cerita Habibie Perihal Ilmuwan Indonesia Di Negara Lain Dan Imf

Cerita Habibie Tentang Ilmuwan Indonesia di Negara Lain dan IMFPresiden RI ketiga BJ Habibie (Bagus/detikcom)
Jakarta -Presiden RI ketiga BJ Habibie menjamu para ilmuwan di rumahnya dalam rangka 25 tahun Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Setelah seremoni pengakuan dan ramah tamah makan malam, profesor itu pun bercerita ihwal masa lalunya.

"Begini ya, elemen insan itu yang memilih yakni produktifitasnya yaitu agama, budaya, dan ilmu pengetahuan. Budaya dan agama itu sudah dimulai semenjak dalam kandungan, kemudian ada proses pembudayaan. Yang memegang kiprah yakni ibu dan bapaknya," tutur Habibie membuka dongeng di kediamannya, Jl Patra Kuningan XIII, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (24/5/2015).

Adalah tanggung jawab orang bau tanah untuk menawarkan pendidikan, kata Habibie. Tak ada alasan untuk meninggalkan anak yang haus akan pendidikan sebab nantinya di masa depan orang bau tanah pun akan menuai hasilnya.

Baca Juga


"Perkembangan sebuah perusahaan juga seolah-olah dengan anak bayi itu. Jika semenjak awal dibiarkan begitu saja maka akan mati, tapi kalau terus diinput ilmu pengetahuan dan teknologi maka beliau akan terus produktif," kata Habibie.

Kemudian beliau mulai terkenang ketika menggagas industri strategis. Awalnya beliau hanya melibatkan 20 karyawan dan hasilnya berkembang sampai menjadi 48.000 pegawai.

"Semua saya bebaskan untuk menciptakan pesawat, kereta api, kapal laut, pokoknya industri strategis," kenang Habibie.

"Tapi kemudian pada ketika reformasi, IMF merekomendasikan untuk membubarkan semua industri strategis itu. Ini kriminal kalau berdasarkan saya sebab di ketika kita sudah mau memetik hasilnya, tapi justru disuruh untuk membubarkan," lanjut Habibie.

Akibatnya PHK besar-besaran pun terjadi bagi para pegawai industri strategis itu. Padahal lebih banyak didominasi dari mereka yakni ilmuwan yang sangat arif dan tentu sanggup memajukan Indonesia.

"Mereka kemudian meminta pesan tersirat saya. Saya bilang, 'kalian harus bekerja, sebab kalau tidak bekerja ilmu pengetahuan yang kalian miliki akan mati. Bekerjalah di mana pun sesuai dengan keahlian kalian,' dan hasilnya mereka ada yang diterima di Boeing, Airbus, dan lain sebagainya," ujar Habibie.

Sejatinya Habibie ingin sekali semoga para ilmuwan yang telah dibina dengan segenap upaya itu berkarya bagi Indonesia. Tetapi apa lacur sebab pada ketika itu ada tekanan yang mengharuskan mereka seolah tak mempunyai daerah di Indonesia.

"Maka itu kalau kita ingin mengembalikan ilmuwan ke negeri sendiri, mari kita create (ciptakan) lapangan pekerjaan yang luas. Ini kiprah pemerintah juga," pungkas Habibie.




(Bagus Prihantoro Nugroho/Herianto Batubara)

Sumber detik.com

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel