Segudang Dilema Keuangan Milenial (3)

Ilustrasi Foto: shutterstockIlustrasi Foto: shutterstock

Jakarta - Kalau dalam artikel-artikel sebelumnya dibahas bahwa salah satu persoalan utama keuangan bagi generasi milenial ialah hidup pas-pasan, di Amerika hal ini dikenal dengan istilah Living from Paycheck to Paycheck alias hidup nunggu gajian berikutnya. Pertanyaannya ialah kenapa banyak generasi milenial memaksakan hidup ibarat ini?

Salah satu alasan utama mengapa hal ini terjadi ialah alasannya mereka punya utang yang terlalu banyak untuk mendukung gaya hidup mereka yang suka travelling, gonta-ganti gawai baru, makan dan ngopi di luar setiap hari dan lain sebagainya.

Milenial ibarat ini harus cepat-cepat sadar, atau mereka malah terjatuh ke lembah kesulitan keuangan yang lebih parah lagi. Kunci utama dari permasalahan ini ialah mencar ilmu cara pengelolaan keuangan yang baik dan benar.

Nah, ibarat apa sih yang harus dilakukan oleh generasi milenial? Yuk kita bahas.

Pertama, Lunasi Utang Konsumtif
Lunasi utang konsumtif, titik. Tidak ada basa-basi tidak ada pengecualian, anda harus lunasi utang konsumtif anda. Meskipun pada akhirnya anda harus jual barang, melunasi utang konsumtif membantu anda menghemat biaya hidup bulanan anda dari cicilan plus bunga pemberian yang tidak kecil jumlahnya.

Bagaimana cara melunasi utang anda? Baca 2 artikel saya sebelum ini yang membahas seni administrasi milenial melunasi utang.

Kedua, Jangan Bikin Utang Baru
OK utang kau sudah lunas nih, kini kau kondusif dari cicilan bulanan, biasanya kemudian timbul harapan untuk menciptakan utang baru. Hal ini yang dilarang.

Kalau anda sudah berhasil melunasi utang usang anda untuk kemudian menciptakan utang gres berarti sama saja bohong. Anda akan kembali terjerat ke dalam lilitan utang dan akan menciptakan susah kehidupan bulanan anda alasannya anda wajib membayar cicilan bulanan yang diambil dari cash flow bulanan anda.

Ketiga, Tahu Mana Kebutuhan dan Keinginan
Tidak banyak juga milenial yang tahu apa bedanya antara kebutuhan dan keinginan. Padahal hal ini sangat vital dan fatal. Rata-rata generasi milenial terjerumus ke dalam kesulitan keuangan alasannya mereka lebih mementingkan harapan daripada kebutuhan. Naaah apa dan bagaimana sih cara membedakan kebutuhan dan keinginan.

Saya akan berikan kata kuncinya yang dapat anda gunakan sebagai patokan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan ialah saat anda tidak memenuhi kebutuhan anda maka yang akan terkena alhasil alias 'terluka' ialah fisik anda.

Sementara harapan ialah saat anda tidak memenuhi harapan anda maka yang akan terluka ialah gengsi anda.

Clear? Makara mulai dari kini belajarlah membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan

Keempat, Buat Anggaran yang Menyenangkan
Kesalahan yang sering dilakukan oleh banyak perencana keuangan gres (biasanya gres lulus nih) ialah memaksa anda untuk merubah gaya hidup anda secara drastis. Misalnya, jangan belanja bulanan terlalu banyak, stop makan di luar, atau hanya pergi bersama teman satu bulan sekali.

Tebak apa yang terjadi? Hal ini hanya bertahan sebulan saja sebelum anda kembali ke kebiasaan jelek anda sebelumnya, bahkan dapat lebih jelek lagi.

Anggaran ialah alat yang membantu anda untuk mengetahui ke mana uang anda terpakai, bukan alat untuk mengubah gaya hidup anda secara drastis (mungkin saja diperlukan perubahan secara drastis jikalau keuangan anda sudah bermasalah cukup parah).

Membuat anggaran bulanan harusnya dijadikan sebuah permainan seru. Misalnya, jikalau anda berhasil menghemat atau menabung 15% dari uang bulanan anda, maka anda berhak untuk memakai 10% dari 15% yang anda ekonomis itu untuk apapun bebas.

Atau jikalau anda berhasil menurunkan biaya ngopi anda hingga 30% per ahad maka anda berhak untuk mendapat segelas kopi susu kekinian. Atau permainan lain yang seru.

Kelima, Berhenti Sebelum Membayar
Hal ini sering saya praktikkan dan cukup ampuh untuk menurunkan kebiasaan belanja saya hingga dengan 50% bahkan hingga nol sama sekali. Bagaimana caranya?

Ketika saya sudah kalap belanja di mall dan bersiap untuk membayar ke kasir, saya biasanya berhenti sejenak kemudian membuka lagi barang-barang yang ingin saya beli (biasanya kemeja) terus mulai bertanya kepada diri saya, apakah saya butuh barang tersebut.

Apakah saya memiliki barang yang sama atau warna yang ibarat di rumah yang belum atau jarang saya pakai? Kenapa saya harus beli barang tersebut sekarang?

Apakah barang tersebut dapat saya tunda pembeliannya? Apakah jikalau saya menunda pembelian barang tersebut akan berdampak jelek ke diri saya.

Proses berhenti ini sering kali mujarab sebagai 'obat' penahan boros belanja saya. Anda boleh tiru dan praktikkan hal tersebut.


Mau cara lain yang juga mujarab? Belajarlah perencanaan keuangan dan investasi di kelas atau workshop yang dilaksanakan oleh tim ARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.

Di Jakarta dibuka workshop sehari wacana bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari wacana Reksadana. Ada juga workshop khusus wacana Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.

Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.

Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda dapat mencar ilmu wacana perencanaan keuangan komplit, bahkan dapat jadi konsultannya dengan akta Internasional dapat ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya dapat dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)

Anda dapat diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.


Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari kawan yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.

Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel