Kena Phk, Medi Mulai Mengabarkan Informasi Di Jalan Demi Rupiah

Jakarta -Pagi-pagi buta, Medi harus segera berangkat dari rumahnya di daerah Kreo, Jakarta Selatan. Dengan menumpang bus, laki-laki 49 tahun itu harus menuju ke wilayah Blok M, Jakarta Selatan, untuk memilah-milah lembaran surat kabar. Tak usang kemudian, ia sudah melangkah mengitari tempat sibuk itu untuk menjajakan gosip di pagi hari.
"Saya dulu kerja di situ waktu kantornya masih bedeng. Sekarang sudah kolaborasi dengan Jerman jikalau nggak salah. Gedungnya sudah tinggi berapa lantai," kata Medi berkisah.
Medi menghampiri seorang perempuan yang akan masuk ke mobilnya. Ditawarkannya sebuah tabloid kepada pekerja kantor itu. Dia mengaku harus lihai untuk menunjukkan koran atau majalah yang dijajakanya.
"Jadi biasanya pagi-pagi, saya lihat dulu jikalau koran itu headline-nya apa. Kalau kira-kira menarik ya sanggup bawa banyak, jikalau nggak menarik ya nggak usah. Terus kayak tabloid-tabloid juga. Kalau majalah kini susah," papar Medi mengenai seni administrasi marketingnya.
Penghasilan Medi dari mengecer koran memang tidak sebesar distributor koran. Dalam sehari setidaknya Medi sanggup mengantongi uang sekitar Rp 40 ribu. Uang sebesar itu pun terkadang dipotong untuk dirinya makan dan ongkos perjalanan kembali ke rumahnya. Apalagi dengan berkembangnya teknologi semakin menciptakan dagangannya jarang dilirik orang.
"Kalau dulu masih lumayanlah. Kalau kini orang kan jarang beli koran. Kebanyakan mereka baca ya dari tab atau hapenya," kata Medi
Dengan penghasilan yang kecil, Medi juga harus pintar-pintar memutar otak untuk menghidupi istri dan 2 anaknya. Namun, Medi bersyukur dengan mengecer koran ia menjadi lebih mengerti perihal apa yang terjadi di Republik ini sampai dunia internasional.
Hidup Medi yang berkutat di jalanan juga membuatnya selalu awas dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Gambaran menyerupai itulah yang juga diperlukan Medi perihal sosok pemimpin. Seorang yang peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Sumber detik.com