Ini Cara Banyuwangi Ajak Pelaku Perjuangan Kopi Naik Kelas

Banyuwangi -Sebanyak 150 anak muda peminat perjuangan dan pencinta kopi Banyuwangi mengikuti pelatihan pemrosesan kopi. Pelatihan ini digelar dalam rangkaian Coffee Processing Festival.
Baca Juga
"Penjualan kopi, baik di warung kopi, kafe, maupun online, terus meningkat," tambahnya.
Anas mengatakan, pelatihan ini digelar untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk kopi Banyuwangi. "Kami ingin ada transfer knowledge dari hebat kopi kepada penggiat kopi sehingga mereka bisa naik kelas," tandasnya.
"Ke depan kopi-kopi rakyat ini tidak hanya dijual kopinya, tapi bisa dijual dengan merk yang mempunyai bernilai ekonomis tinggi. Sehingga wisatawan yang ke Banyuwangi bisa menikmati kopi rakyat rasa bintang lima," lanjutnya.
![]() |
Pelatihan tersebut disambut antusias para akseptor yang terdiri atas pekebun kopi, pegiat kopi, dan industri kecil menengah (IKM) kopi. Mereka mempelajari berbagai teknik pengolahan pascapanen dari pakar dan praktisi kopi, mulai dari pengenalan dan identifikasi kopi, perambangan, sortasi, pulper, pengeringan honey process, hingga teknik brewing dan latte art.
Salah seorang pemateri, Yusianto, peneliti pascapanen kopi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menekankan pentingnya proses pengolahan kopi yang baik, mulai dari pemilihan biji yang berkualitas hingga pengolahannya.
Yusianto juga berpesan kepada warga yang berniat bisnis kopi untuk memperhatikan pangsa pasar secara spesifik. "Jangan konsumen dipaksa seolah-olah penikmat kopi sejati, kemudian hanya menyediakan kopi hitam. Kedainya bakal susah berkembang," tandasnya.
Para akseptor juga bisa ilmu menyangrai (roasting) kopi dari roaster kopi Emir Yusuf, juara Festival Kopi Nusantara.
"Dibanding menyangrai manual, hasil roasting lebih bisa dikontrol dan bisa efisien. Kalau manual dengan api, satu kilogram bisa memakan waktu 30 menit, dengan mesin ini 18 menit," ujarnya.
![]() |
Para akseptor pun merasa puas dengan bahan yang diberikan. Suhartini, pekebun kopi asal Kecamatan Kalibaru, bahagia lantaran mendapat teknik dasar mengolah kopi.
"Ternyata banyak yang harus saya perbaiki dalam perjuangan kopi. Seperti petik kopi yang selama ini asal petik saja sehingga akhirnya tidak maksimal. Begitu juga cara menyangrai, ternyata ada teknik khusus," tutur Suhartini yang juga mempunyai kedai kopi.
Pelatihan ini juga membuka mata Suhartini untuk terus meningkatkan kualitas pemrosesan kopi supaya bisa menghasilkan imbas ekonomi yang lebih optimal.
"Saya sudah bisa pesanan dari Cina. Tapi kopi saya proses otodidak. Teknik yang saya pelajari dua hari ini niscaya jadi bekal untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi. Saya lebih percaya diri menyambut pesanan selanjutnya," jelasnya.
Tak hanya pekebun atau pengusaha kopi, pelatihan ini juga menarik perhatian seorang ibu rumah tangga berjulukan Rohanna. Ia mengaku sudah satu tahun terakhir ingin membuka kedai kopi.
"Pelatihan ini memantapkan saya untuk segera berbisnis kopi. Apalagi di sini saya banyak belajar dari praktisi dan pekebun kopi. Besok saya ke Gombengsari, menjajaki kolaborasi dengan pekebun sekaligus belajar sangrai manual," ujarnya.
Sumber detik.com
Sumber https://3i-networkspalangkaraya.blogspot.com