Meneruskan Semangat Kewirausahaan Ramadan

Meneruskan Semangat Kewirausahaan bulan berkat Meneruskan Semangat Kewirausahaan bulan berkat Meneruskan Semangat Kewirausahaan RamadanFoto: Teammineko/d'Traveler

Jakarta -Ramadan akan segera berakhir. Banyak hal baik yang perlu kita teruskan meski bulan mulia telah pergi. Salah satu yang bersemai baik dan memberi berkah pada banyak orang ketika bulan mulia adalah berseminya semangat kewirausahaan terutama di kalangan generasi muda dan perjuangan kecil menengah (UKM), terutama yang digerakkan oleh kaum perempuan.

Momen menyemai benih kewirausahaan adalah momen yang sangat berharga. Pada beberapa orang, memulai bisnis terasa sangat sulit dan menakutkan. Di bulan Ramadan, di mana seakan apa saja laris dijual, tembok besar penghalang itu pun runtuh. Para pedagang dadakan muncul hampir di sepanjang jalan dan titik. Kreativitas menyeruak.

Banyak hal gres yang muncul dan bisa dijual sepanjang bulan Ramadan. Beberapa pedagang meraup laba besar. Omset pedagang khususnya yang bergerak di bidang makanan dan fashion diperkirakan mengalami lonjakan hingga 200-300 persen. Sedang bagi pedagang gres atau dadakan, meski tidak sefantantis pedagang usang dan besar, kerap juga mendapat laba yang signifikan.

Ramadan sebagai Permulaan

Momen bulan mulia tidak hanya membuat pelaku perjuangan yang sudah mempunyai perjuangan dengan mapan semakin terdongkrak omsetnya, namun juga memberi peluang bagi munculnya perjuangan gres dan pelaku ekonomi gres yang masih malu-malu. Ibarat naik sepeda, kayuhan pertama sudah dimulai. Langkah selanjutnya semestinya lebih mudah. Ada kontinuitas, bukan bersifat musiman.

Bibit kewirausahaan sudah disemai dan mulai bertunas. Tinggal kita rawat supaya terus berkembang dan besar sehingga pelaku perjuangan yang pada bulan mulia tahun ini berstatus sebagai newbie, tahun depan bisa memainkan kiprah yang lebih besar. Tentu dengan harapan memperoleh omset yang juga lebih besar. Lalu bisa membuat lapangan kerja bagi yang lain. Tidak mudah, tapi bukan mustahil untuk dilakukan.

Agar kontinuitas perjuangan pasca-Ramadan bisa terus berjalan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, menjaga semangat berwirausaha terus menyala. Jangan boleh meredup apalagi hingga padam. Semangat berwirausaha (menciptakan lapangan kerja sendiri) perlu dikobarkan terutama di kalangan generasi muda karena mustahil bergantung sepenuhnya pada pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja. Persaingan semakin ketat sedang lapangan kerja semakin sedikit.

Berwirausaha juga memungkinkan pertolongan masyarakat terhadap kemajuan bangsa semakin besar karena tersentuhnya bidang-bidang yang mungkin tak sepenuhnya bisa dijangkau oleh program pemerintah. Misal terkait dengan pengembangan sektor ekonomi kreatif.

Kedua, perekonomian dan daya beli masyarakat mungkin akan sedikit melandai pasca-Ramadan sesudah sebelumnya mengalami kenaikan antara 30-40 persen dari bulan-bulan biasanya. Apalagi bersamaan waktunya dengan tahun anutan gres sekolah. Pengeluaran konsumsi akan semakin direm. Jangan patah semangat. Sama halnya dengan konsumen, pelaku perjuangan juga perlu berjeda. Ini momentum untuk me-refresh dan membaca peluang serta menyiapkan langkah-langkah selanjutnya.

'Baca' kembali kebutuhan masyarakat pasca-Ramadan yang sifatnya tidak musiman seolah-olah ketika bulan mulia dan menjelang Idul Fitri. Kemampuan membaca peluang pasar ini merupakan salah satu ciri dan karakteristik seorang pengusaha yang sudah kita mulai ketika Ramadan. Hadirnya para pelaku perjuangan dadakan atau musiman salah satunya karena melihat potensi pasar yang besar seiring dengan meningkatnya usul masyarakat terutama terkait dengan makanan dan fashion.

Ketiga, jikalau ingin berinovasi, maka berkreasilah membuat sesuatu yang gres namun bernilai jual tinggi di masyarakat. Kembangkan kreativitas dan penemuan sebagai tren ekonomi yang ketika ini sedang booming, yakni ekonomi kreatif. Tak hanya makanan dan fashion yang bisa dibidik meski keduanya adalah sektor perjuangan yang utama. Masih ada yang lain seolah-olah kerajinan, pasar barang seni, desain dan arsitektur, riset dan pengembangan, penerbitan, periklanan, layanan komputer dan peranti lunak, televisi dan radio, musik, video, film, dan fotografi.

Keempat, bergabung dengan komunitas bisnis. Salah satu tren di periode milenial kini adalah menjamurnya komunitas-komunitas di berbagai bidang termasuk dalam bidang usaha. Komunitas bisa menjadi media yang penting untuk menjaga semangat, mengembangkan informasi dan ilmu, juga bisa sebagai sarana untuk membuka susukan terhadap berbagai keperluan seolah-olah jaringan dan modal. Banyak perjuangan di masa kini yang keberhasilannya sangat bertumpu pada seberapa jauh pelaku perjuangan mempunyai koneksi dan jaringan yang luas.

Kelima, mengoptimalkan perangkat teknologi dan media sosial. Bisnis online kini kian menjamur dan bisa menjadi pilihan yang prospektif. Ini memberi peluang besar bagi pelaku perjuangan pemula untuk memulai dan mengembangkan usahanya dengan lebih mudah dan murah. Kuncinya memanfaatkan dengan optimal kehadiran perangkat teknologi khususnya internet sebagai media partner yang utama. Internet dan media umum membuat sebuah perjuangan tidak lagi terhalang dengan dimensi jarak dan waktu. Lebih efisien dan mobile.

Akhir kata, mari kita teruskan semangat berwirausaha yang telah tersemai ketika Ramadan. Mari bercita-cita menjadi pengusaha yang mandiri, dan bisa memberi pertolongan lebih besar bagi masyarakat dan negara.

Ririn Handayani peminat problem sosial


Tulisan ini adalah kiriman dari pembaca detik, isi dari tulisan di luar tanggung jawab redaksi. Ingin membuat tulisan kau sendiri? Klik di sini sekarang!

Sumber detik.com
Sumber https://3i-networkspalangkaraya.blogspot.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel