Budi Harta Winata, Dulu Tukang Las Sekarang Bos Konstruksi Baja
Jakarta -Kerja keras, tekad berpengaruh dan doa yaitu tiga jurus ampuh untuk mencapai kesuksesan. Tak ada istilah jalan pintas bagi mereka para pejuang kehidupan. Salah satu rujukan faktual yaitu Budi Harta Winata.
Budi mengawali kisah hidupnya dengan berat di Jakarta. Namun ia terus berjuang, pantang mengalah dan dibarengi dengan doa, hingga karenanya sukses di usia muda. Kisah Budi pun menyebar luas di media sosial. Dia dikenal sebagai tukang las yang berhasil mengubah nasib menjadi seorang pengusaha.
Kisah Budi berawal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Dia lahir di kota durian merah tersebut. Saat kelas V SD, Budi pindah ke Palopo, Sulawesi Selatan, tinggal di kampung halaman bapaknya. Di Palopo, sebagian besar cowok bercita-cita ingin jadi pelaut, tak terkecuali Budi.
Budi yaitu lulusan STM jurusan mesin. Dia ingin jadi pelaut, namun belum tahu jalannya. Akhirnya ia ikut sang abang ke Jakarta dan tinggal di rumah kos di Cilincing, Jakut. Saat sang abang bekerja ke Singapura, Budi sendirian di Jakarta.
"Akhirnya saya melamar kerja. Tapi bedanya, bila saya sebelum melamar, malamnya saya tahajud. Ya Allah, saya mau melamar kerja," ceritanya.
Singkat cerita, Budi diterima di sebuah perusahaan otomotif. Dia ditempatkan di daerah pembuatan velg truk. Namun sayangnya, Budi merasa tidak 'tertantang' di bab tersebut.
"Terus hingga sekitar tahun '95 saya mikir, bila kerja kaya gini ilmunya di mana?" ceritanya.
Suatu hari, Budi melihat proses renovasi pabrik. Dia bertemu dengan kontraktor yang mengerjakan renovasi tersebut. Saat menanyakan syarat jadi kontraktor, Budi diminta berguru menggambar/drafting. "Malamnya saya berdoa sama Allah, Ya Allah, saya mau kerja menyerupai itu. Saya mau jadi kontraktor," ungkapnya.
Akhirnya, sehabis 3 bulan semenjak insiden tersebut, Budi melihat ada sekolah untuk gambar jurusan arsitek, listrik dan packing mechanical. Akhirnya, Budi mendaftar. Namun alasannya yaitu biayanya cukup mahal, niat itu tertunda. Duit untuk bayar sekolah gres didapat sehabis Budi di-PHK alasannya yaitu diajak ikut demo buruh.
dok. Artha Mas Graha Andalan |
Saat sekolah gambar/drafting, hanya butuh waktu 4 bulan bagi Budi untuk menguasainya. Dia pun menerima anjuran kerja. "Saya karenanya kerja di kantor. Saya berdoa terus supaya sanggup kerja di proyek," imbuhnya.
Karier Budi di perusahaan tersebut terus berkembang, mulai dari tukang gambar hingga karenanya jadi project manager. Akhirnya, di usia 32 tahun, Budi bertekad memulai perjuangan sendiri, dengan membuka las keliling.
"Punya 2 karyawan. Saya punya las keliling, dari mulai pasang kanopi," terangnya.
Sejak itu, perjuangan las keliling Budi berkembang, hingga karenanya mempunyai workshop seluas 20 ribu meter persegi. Perusahaannya dikenal dengan nama PT Artha Mas Graha Andalan. Dia menangani banyak sekali macam proyek konstruksi yang berafiliasi dengan peralatan besi, bangunan industri dan komersial, struktur baja dan konstruksi baja.
"Saya cuma lulusan STM. Tapi kini anak buah saya ada yang insinyur, sarjana ekonomi. Tapi bukan sombong, masih pinteran saya. Dari visi dan cara pikir. Karena saya sekolahnya di alam. Dan saya banyak berdoa sama Allah," ungkapnya.
dok. Artha Mas Graha Andalan |
Dalam hidupnya, Budi punya prinsip yang tak sanggup dipatahkan oleh apa pun. Mulai dari kejujuran hingga menghormati orang tua. Dia juga menerapkan filosofi Islami dalam bekerja. Slogannya di pabrik yakni 'Utamakan Salat dan Keselamatan Kerja' jadi foto yang viral di mana-mana.
"Orang yang sukses itu orang yang jujur. Makara kenapa tiap orang punya rezeki yang berbeda-beda? Kuncinya yaitu sudah berapa banyak kita mempunyai kegunaan bagi orang orang lain. Kalau kita mempunyai kegunaan untuk satu orang, maka rezeki kita cuma untuk satu orang. Tapi bila kita mempunyai kegunaan bagi 1.000 orang, rezeki kita juga sebesar 1.000 orang," ungkapnya.
Sumber detik.com