Klhk Ajak Masyarakat Aktif Dalam Rehabilitasi Hutan

KLHK Ajak Masyarakat Aktif dalam Rehabilitasi Hutan Klhk Ajak Masyarakat Aktif Dalam Rehab Klhk Ajak Masyarakat Aktif Dalam Rehabilitasi HutanFoto: Dok KLHK

Jakarta -Fenomena banjir dan longsor, serta kondisi lahan kritis seluas kurang lebih 14 juta Ha, menjadi alasan pentingnya upaya rehabilitasi hutan dan lahan (RHL). Upaya itu sebagai penggalan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia.

Adapun keberhasilan RHL, memerlukan pemberian semua pihak terutama masyarakat. Sehingga KLHK mengajak semua pihak bisa berkontribusi aktif, dalam mendukung RHL berbasis masyarakat.

"Persoalan pengelolaan DAS sudah sangat dipahami oleh kita semua, hanya solusinya masih terus kita cari, dan kita bersyukur MKTI menjadi penggalan dari janji untuk solusi permasalahan DAS yang sangat kompleks ini," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL), Ida Bagus Putera Partham, Jumat (3/8/2018).

Putera memperlihatkan itu ketika menutup Workshop Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI), di Bogor, Kamis (2/8/2018).

Putera memperlihatkan alokasi APBN untuk RHL sangat terbatas pada 200.000 hektar per tahun. Sementara targetnya mencapai 1,1 juta hektar per tahun.

Putera berharap ada kolaborasi dengan pihak swasta, pemanfaatan teknologi spasial, serta hadirnya inovasi-inovasi baru, baik dalam pendekatan sosial dan pemilihan jenis tanaman, yang dituangkan dalam Grand Design RHL.

"Regulasi juga harus kita sesuaikan seiring dengan adanya inovasi, biar memungkinkan kita berpikir, dan menjadi alat yang bisa menjaga penemuan berjalan dengan semestinya", Putera menambahkan.

Sebagaimana telah mengemuka sebelumnya ketika pembukaan workshop, wacana perubahan kebijakan lokasi RHL, dan peningkatan perencanaan partisipatif dalam pemilihan jenis tanaman. Hal ini dibutuhkan Putera, menjadi salah satu penemuan yang bisa meingkatkan keberhasilan RHL.

Adapun sasaran RHL sebesar 230.000 ha di tahun 2019, akan dicapai melalui rehabilitasi hutan dan lahan kritis secara vegetatif seluas 226.000 hektar di 19 provinsi. Selain itu rehabilitasi hutan mangrove seluas 1.000 hektar, serta rehabilitasi dengan dana hibah seluas 3.000 hektar di Provinsi Sulawesi Tengah dan Jambi.

Senada dengan Putera, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno, juga memperlihatkan pentingnya peran pendampingan dan modal sosial dalam RHL.

"Lima hal penting yang harus diperhatikan dalam cara gres pengelolaan RHL, yaitu kepedulian untuk menciptakan perubahan melalui multipihak dan multidisiplin, keberpihakan terhadap masyarakat, kepeloporan dalam inovasi, apa unsur terbaru dan unsur pemanfaatannya, konsistensi dalam pendampingan, serta kepemimpinan yang terbuka," ujar Wiratno.

Selain anggota MKTI, workshop bertema "Menyongsong Keberhasilan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2019" ini, turut dihadiri anggota Forum DAS seluruh Indonesia. Di selesai acara, Prof. Kukuh Murtilaksono selaku Ketua MKTI, membacakan hasil rumusan dan menyerahkannya kepada Dirjen PDASHL.

"Rumusan ini merupakan faktor-faktor determinan penunjang keberhasilan RHL, yang mencakup kepastian secara tenurial lokasi RHL, peningkatan kapasitas masyarakat, pendampingan yang konsisten, peluang bisnis dalam RHL melalui inovasi, penataan kembali tata kelola, peningkatan dan revitalisasi kapasitas BPDASHL, penetapan referensi RHL sesuai dengan tipologi wilayah dan impian masyarakat, serta reformasi birokrasi," terperinci Kukuh.

Sumber detik.com
Sumber https://3i-networkspalangkaraya.blogspot.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel