Era Soekarno

Mimpi Sukarno di Rimba Palangka Raya

Ilustrasi : Edi Wahyono
Selasa, 9 Mei 2017
Pagi itu, hampir 60 tahun yang lalu, penduduk Desa Pahandut, yang terletak di tepi Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah, bersorak gembira. Mereka menyambut kedatangan seorang tamu besar dari Jakarta.
Tamu yang dielu-elukan tersebut tak lain yaitu Presiden Sukarno. Ia didampingi beberapa menteri Kabinet Karya. Pada Rabu, 17 Juli 1957, itu, Sukarno juga mengajak Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Hugh Cumming Jr, Duta Besar Rusia D.A. Zukof, dan Raja Kasunanan Surakarta Sri Sunan Pakubuwono XVII.
Rombongan pejabat itu menaiki bahtera menuju Pahandut, yang berada di pedalaman Pulau Borneo. Rencananya, Sukarno bakal meresmikan pembangunan Kota Palangka Raya di daerah rimba raya itu sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.
Delapan bulan sebelumnya, pemerintah sentra mengesahkan Kalimantan Tengah sebagai provinsi gres di Indonesia sehabis adanya tuntutan dari masyarakat eks Daerah Otonom Dayak Besar dan Swapraja Kota Waringin semenjak 1952. Saat itu seluruh Kalimantan menjadi satu provinsi.
 Mereka menyambut kedatangan seorang tamu besar dari  Jakarta Era Soekarno
Presiden Sukarno memotong rotan menandai pelantikan kota gres Palangka Raya.
Foto: dok. via YouTube fIlm dokumenter Provinsi Kalimantan Tengah
Peresmian Palangka Raya ditandai dengan pemotongan rotan (manetek eui) oleh Sukarno didampingi Tjilik Riwut, tokoh pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah, yang kemudian menjadi gubernur pertama Kalimantan Tengah. Sebuah tiang kayu ulin (tabalien) dipancangkan sebagai simbol dimulainya pembangunan Kota Palangka Raya.
Seorang tokoh watak Dayak, Sabran Achmad, sekarang 87 tahun, ikut hadir menyaksikan momen-momen bersejarah itu. Sukarno, katanya, berpidato berapi-api. Ia menyampaikan Kalimantan Tengah yaitu provinsi ke-17 di Indonesia yang telah usang dicita-citakan.
Namun, Sabran, yang waktu itu duduk di kursi kuliah, tak mendengar Sukarno menyampaikan Palangka Raya pada masa depan akan dijadikan ibu kota RI pengganti Jakarta. “Kalau di forum-forum lainnya di Banjarmasin, saya tidak tahu,” katanya.
Rencana Sukarno memindahkan ibu kota ke Palangka Raya pada masa kemudian itu sudah usang menjadi perbincangan. Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya, Wijanarka Arka, meyakini Sukarno memiliki rencana besar terkait Palangka Raya.
Memang, kata Wijanarka, sampai dikala ini belum ditemukan bukti sejarah, baik dokumen maupun audiovisual, yang berisi pernyataan Sukarno perihal Palangka Raya bakal menjadi ibu kota negara. Namun pemindahan itu kerap disebut oleh menteri-menteri Sukarno.
 Mereka menyambut kedatangan seorang tamu besar dari  Jakarta Era Soekarno
Pekerja menuntaskan pembangunan infrastruktur di kota gres Palangka Raya.
Foto: dok. via youtube fIlm dokumenter Provinsi Kalimantan Tengah
Misalnya Ruslan Abdul Gani, yang pernah menjabat Menteri Penerangan dan Ketua Indoktrinasi Manipol USDEK pada periode Sukarno. “Pak Ruslan pernah bilang bahwa Palangka Raya akan dijadikan ibu kota pengganti Jakarta,” katanya kepada detikX.
Sukarno menentukan Palangka Raya alasannya yaitu letaknya yang berada di tengah-tengah Indonesia. Selain itu, tanah yang tersedia masih sangat luas. Sukarno juga ingin menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia bisa membangun sebuah kota baru.
Sukarno sepertinya sudah menyiapkan grand design bagi Palangka Raya. Hal itu terlihat dari desain Kota Palangka Raya, yang berubah dari rencana semula. Ketika gres dicanangkan pada 1957, desain kota tersebut masih sangat sederhana.
Lalu muncul desain baru, ada referensi jalan yang menyerupai dengan jaring laba-laba. Di Jalan Yos Sudarso juga ada sebuah bundaran besar dengan sumbu delapan buah. Pola itu menyerupai dengan bentuk ibu kota Amerika Serikat, Washington, DC.
“Nah, saya melihatnya yang jaring laba-laba itu kelihatan menyerupai sebagai ibu kota negara. Karena di situ ada semacam sumbu, di Jalan Yos Sudarso,” kata Wijanarka, penulis buku Sukarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangka Raya.
 Mereka menyambut kedatangan seorang tamu besar dari  Jakarta Era Soekarno
Monumen pembangunan Kota Palangka Raya
Foto: Edward Febriyatri Kusuma/detikcom
 Mereka menyambut kedatangan seorang tamu besar dari  Jakarta Era Soekarno
Prasasti pemancangan tiang pertama Kota Palangka Raya
Foto: Edward Febriyatri Kusuma/detikcom
Pada 1959 juga pernah muncul bagan sebuah bangunan besar penuh orang yang disebut-sebut dibentuk oleh Sukarno. Bangunan itu yaitu untuk kantor gubernur. Apakah akan dilanjutkan sebagai istana negara, Wijanarka tak bisa memastikan.
Tahun itu juga Sukarno kembali mengunjungi Palangka Raya untuk mengecek sejauh mana pembangunan kota tersebut. Mengapa kelanjutan Palangka Raya sebagai ibu kota meredup, Wijanarka menduga berkaitan dengan penyelenggaraan Asian Games pada 1962.
“Akhirnya tetap di Jakarta itu kan (ibu kota). Dibangun Bundaran Hotel Indonesia kan untuk menyambut kontingen-kontingen. Saya menduga menyerupai itu. Dan waktu itu jalan darat belum ada di Palangka Raya, masih sungai-sungai,” ia menandaskan.
Buku sejarah resmi Palangka Raya yang diterbitkan pemerintah kota setempat menyebut Sukarno berperan dalam memikirkan rancangan Palangka Raya. Namun, berdasarkan susunan tata ruang yang menyerupai Eropa, efek Ir Van der Pijl lebih terasa.
Van der Pijl yaitu ajudan Tjilik Riwut ketika masih menjabat residen di Kementerian Dalam Negeri RI. Van der Pijl pulalah yang merancang seluruh bangunan kantor Pemprov Kalimantan Tengah yang hendak dibangun.
 Mereka menyambut kedatangan seorang tamu besar dari  Jakarta Era Soekarno
Roeslan Abdulgani, Menteri Penerangan dan Ketua Indoktrinasi Manipol USDEK pada pemerintahan Sukarno.
Foto: dok. Wikipedia
Dalam sebuah wawancara yang terunggah di situs YouTube, Ruslan Abdul Gani menceritakan bagaimana perjuangan Sukarno merealisasi rencana pemindahan ibu kota tersebut. Jakarta pada waktu itu dipandang sangat rentan terhadap kepentingan-kepentingan asing.
Mulanya Sukarno menampung banyak sekali proposal ibu kota gres itu dalam rapat Dewan Nasional. Dalam rapat tersebut, muncul beberapa opsi calon ibu kota, antara lain Subang di Jawa Barat dan Yogyakarta. Nah Tjilik Riwut mengusulkan kenapa tidak ke Palangka Raya saja.
Secara geografis, Palangka Raya terletak di tengah Indonesia. Memang sarana transportasi belum memadai. Kalau dipindahkan ke Kalimantan Tengah, ibu kota tidak akan diganggu oleh kepentingan asing.
“Ini gagasan Tjilik Riwut yang diterima seluruh Dewan Nasional, sehingga Bung Karno membentuk suatu panitia untuk memeriksa itu. Anggotanya B.M. Diah (almarhum), Henk Ngantung dari Jakarta, dan beberapa wakil perdana menteri,” kata Ruslan.
Sukarno, ujar Ruslan, sangat tercengang oleh gagasan Tjilik Riwut dan sangat tertarik dengan gagasan pemindahan ibu kota ke Kalimantan Tengah. Sebab, jikalau melihat seluruh Indonesia, pusatnya memang berada di Palangka Raya.
 Mereka menyambut kedatangan seorang tamu besar dari  Jakarta Era Soekarno
Wijanarka Arka, dosen Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya
Foto: dok. eksklusif via Facebook
Ruslan pernah diperintah Sukarno ke Palangka Raya untuk meresmikan tugu yang waktu itu dikenal sebagai Tugu Dewan Nasional. Menurut Sukarno, di situlah sentra ibu kota yang baru. Namun perlahan-lahan proyek ibu kota negara itu terlupakan.
“Ini gagasan yang berani, sangat melihat ke masa depan. Tapi sayangnya, waktu itu ganti lagi kabinet-kabinet yang tidak memikirkan (perpindahan ibu kota),” ujar Ruslan, yang wafat pada 2005.
Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, menuturkan alasan batalnya pemindahan ibu kota itu juga alasannya yaitu keterbatasan material untuk pembangunan di Palangka Raya. Selain itu, dana yang diharapkan sangat besar.
Sekarang ini, berdasarkan Asvi, kondisi sudah berbeda. Bila rencana pemindahan ibu kota jadi dilaksanakan, hambatannya lebih pada faktor psikologis, termasuk pejabat-pejabat pemerintahan, apakah mendapatkan atau tidak bekerja di Kalimantan.
“Pejabat di Jakarta, meski macet, mereka punya pengawal, kendaraan beroda empat yang bisa jalan menembus kemacetan, jadi sudah nyaman. Saya kira penolakan-penolakan juga akan muncul dari pejabat-pejabat yang tidak mau meninggalkan Jakarta,” kata Asvi kepada

sumber : https://x.detik.com/detail/investigasi/20170509/Mimpi-Sukarno-di-Rimba-Palangka-Raya/index.php

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel